Geliatkan Literasi, HMPS MPI IAINU Kebumen Studi Banding di Sekolah Peradaban Bantul

Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama IAINU Kebumen baru-baru ini melakukan studi banding di Sekolah Peradaban Bantul, Yogyakarta.

Sekolah yang berada di Pondok Pesantren Baitul Kilmah asuhan Aguk Irawan itu diketahui fokus pada pendidikan literasi.”Jadi kami merasa perlu studi banding di tempat tersebut untuk menggeliatkan literasi, khususnya bagi kalangan mahasiswa MPI IAINU Kebumen,” kata Kaprodi MPI IAINU Kebumen, Bahrun Ali Murtopo, Jumat (21/1).

Sebanyak 60 peserta antusias mengikuti studi banding selama sehari itu. Aguk Irawan yang didampingi pengelola Sekolah Peradaban Bantul Ali Adhin menerima kunjungan HMPS IAINU Kebumen dengan hangat. Mereka pun mengulas manajemen strategi penulisan dan saling berdiskusi.

Bahrun berharap setelah mengikuti kegiatan tersebut, para peserta lebih maksimal dalam menulis. Mengingat, dunia tulis menulis menjadi hal wajib kalangan akademik dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi, meliputi pengajaran, penelitian dan pengabdian.

“Kami juga menekankan agar mahasiswa maupun dosen melakukan jihad melalui penelitian, berhidmat dengan pengabdian dan berdakwah lewat publikasi karya ilmiah,” ucapnya. Di lingkungan IAINU Kebumen sendiri telah dimulai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) yang dipimpin oleh Agus Salim Chamidi.

Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Kilmah, Aguk Irawan menyampaikan, manajemen yang digunakan pada Sekolah Peradaban Bantul hanya tiga jam pembelajaran dan hanya mata pelajaran PPKn. Menurutnya, hal itu dilakukan agar peserta didik tidak tertekan dengan pembelajaran yang dilakukan seperti sekolah pada umumnya.

Peserta didik juga dilatih untuk hidup mandiri dan mampu menuangkan ide gagasan apa yang diinginkan. Terutama untuk menghasilkan karya-karya seperti novel, cerpen dan puisi. Pengelola Sekolah Peradaban Bantul Ali Adhin menambahkan, untuk menulis dibutuhkan perasaan.

Pihaknya mengaku selalu meluangkan waktu satu jam untuk menulis. Peserta didik juga dilatih untuk hidup mandiri dan memiliki spirit untuk memahami tujuan, maksud dan isi tulisannya agar memiliki rasa.